subuh ini aku bangun dalam keadaan kaget. Maceku teriak-teriak membangunkan hanya untuk menyalakan mesin cuci. Tombol mesin cuci memang lagi error. Aku pun kembali tidur. Tidur belum puas, tapi sudah harus bangun lagi. waktu bersih-bersih rumah sudah tiba. Maka mau tak mau aku harus terjaga lagi dari tidurku. Dengan langkah gontai, aku menuju kamar mandi untuk memfreshkan wajah.
Brrrr…… dingiiiiiinnnnn…….. Tubuhku menggigil keluar dari kamar mandi, tapi face telah segeeeerr. Siap bertempur lagi dengan senjata sapu dan kain pel.
Akhirnya bersih-bersih rumah selesai juga. Kembali lagi diriku nongkrong di depan computer yang lengkap dengan hardwarenya. Tapi, sebelum jari-jariku kembali bermain di deretan huruf keyboard, aku menyempatkan membuat segelas kopi hangat untuk kuseduh di pagi yang dingin di tengah matahari.
Waktu terus berputar. Tak terasa sudah jam 11.oo Wita. Akupun bergegas mengambil handuk dan perangkat mandi, setelah mengingat plan selanjutnya di kampus.
Matahari yang lagi sangar-sangarnya menemaniku menunggu pete-pete 05 kampus unhas. Setelah lama menunggu, akhirnya ada juga yang sepi. Dalam perjalanan menuju kampus Hijau a.k.a Moeslim University Of Indonesia, diriku tak sendiri seperti kemarin-kemarin. Hari ini ada beberapa orang yang kukenal yang awalnya tak kukenal. Setelah mereka tersenyum manis banget kepadaku barulah kumengenalnya. Ternyata mereka adalah adik-adik juniorku di SMA dulu. Keasyikannya bersenda gurau dengan mereka, tak sadar pete-pete yang membawaku telah sampai di gerbang kampus. Aku turun, tapi mereka masih melanjutkan perjalanan menuju kampus almamater merah.
Sebelum menuju ke fakultas, aku ke “istana” UKM seni dulu untuk bertemu dengan Tika. Ternyata dia tak ada di Istana. Aku mencoba menghubunginya. Dia ada di fakultasnya dan kusionerpun tak dia bawa. Maka gagal sudah plan pertamaku. Melakukan riset adalah plan pertamaku. Dengan kekecewaan yang teramat sangat, kakiku kembali lagi melangkah menuju fakultasku. Dan untuk kedua kalinya aku kecewa. Rapat tak jadi. Kak Onal tak datang. Kak Onal adalah ketua komisariat HMI untuk FH-UMI. Gagal lagi plan keduaku. Dengan langkah bagai di terpa badai, aku menuju kantin fakultasku untuk menghilangkan ke betean yang terpancar di wajahku. Di kantin, ternyata banyak sekali senior-seniorku. Ada yang lagi makan, ada yang lagi pusing hitung nilainya, ada yang lagi persiapkan dirinya buat ujian meja alias ujian skripsi, ada yang sedang mengobrol dan ada pula yang sedang menunggu traktiran dari kawan-kawan mereka yang hari ini telah selesai ujian meja. Makan gratis, katanya. Begitulah kebiasaan anak-anak hukum yang mungkin sudah menjadi tradisi di fakultas. Siapa yang sudah selesai ujian meja, harus siap-siap mentraktir di kantin. Tak perduli mau senior atau junior, semua harus kena kebiasaan ini. Tapi memang hari ini banyak sekali senior-seniorku yang lagi ujian meja. Mungkin kejar target. Bulan mei ini ada acara wisuda. Aku tersenyum melihat itu semua. Kapan aku ujian meja ya…???.
Setelah lelah di fakultas, aku kembali lagi ke belakang mesjid. Di dalam sekret ada anak-anak dan juga kak subhan. Akupun menunjukkan tulisanku yang tersimpan di Flashdiskku kepada kak Subhan. Setelah tulisanku di koreksi dan mengobrol dengan kakanda, aku keluar dari sekret dan membuat tulisan baru dengan kertas putih dan sebatang pensil ditemani penghapus dan rautannya.
Dalam terbenamnya diriku dalam dunia kata-kata, aku di kagetkan oleh teriakkan
orang-orang dan derap-derap langkah yang garang. Rasa penasaran membuatku bangkit dari dudukanku untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata di area kampusku banyak orang yang berlarian. Ada yang berlari sambil berteriak seperti cewek-cewek yang berlari di depanku sekan ingin menyelamatkan diri. Ada juga yang lari dengan menutup mukanya dengan masker, slayer ataupun sejenisnya dan tangannya memegang pedang, samurai, atau pistol rakitan. Gerakan mereka seperti orang yang mencari atau mengejar target. Suara tembakan terdengar dari area fakultas ekonomi. Kampusku kembali main perang-perang, batinku. Aku hanya menghela nafas melihatnya. Anak-anak seni memutuskan berpindah tempat dari sekret ke petrus alias pertamina rusak yang ada di dekat kantor gubernuran untuk menyelamatkan diri. Dalam perjalanan menuju petrus, aku melihat sebagian orang berjaga di pintu II kampus. Tak tau apa maksudnya, tapi sebagian dari mereka adalah orang yang kukenal.
Lagi dan lagi kampusku bentrok. Tak tahu siapa dengan siapa. Benda-benda tajam penghabis nyawa bermain-main di udara. Mereka melakukan penyisiran di fakultasku. Tak tahu siapa yang mereka cari. Aku sadar ternyata kaum intelektual hanya sebagian saja yang bisa menyelesaikan masalah secara intelek. Sisanya, menggunakan otot, samurai dan sejenisnya. Ingin sekali kumenyadari mereka kalau cara penyelesaian masalah kalian selama ini salah. Tapi, ku belum menemukan caranya.
Hmmmmmmmmm…………………….
Kapan ya kampusku bisa damai?? Sesama almamater kok bisa saling tikam?? Apa masalah yang memicu ini semua?? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang melayang di otakku.
Kamar gelapku,
05052011
Tempatku menyampah
Jumat, 06 Mei 2011
Kamis, 05 Mei 2011
Aku sadar Aku menulis
Jalanan aspal dalam kampus berwarna coklat gara-gara timbunan. Kakiku melewati aspal itu untuk menuju “istana” seni di belakang mesjid kecil. Genangan air sehabis hujan mengotori sepatu pita coklatku. Hari ini Istana cukup rame, semua orang sibuk dengan perkerjaan masing-masing.
Anak-anak teater, sibuk mengolah tubuhnya serta penguasaan karakter sesuai peran mereka masing-masing. Anak-anak musik, sedang asyik menseiramakan dengan bunyi alat musik yang akan mereka pakai untuk mengiringi alunan lirik lagu serta menyatukan nada-nada. Anak-anak tari sibuk juga dengan pengolahan gerakan tubuhnya biar nampak gemulai. Kelihatanya, begitu rumit.
Tak terasa dari rumah Allah terdengar suara indah berkumandang. Seruan-Nya mengajak kami menghadap kepada-Nya. Dan Langit sore yang cerahpun mulai tertutup gelap. Di saat itu sebagian orang berhenti sejenak dari kesibukan. Ada yang menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim. Sementara aku yang saat itu lagi berhalangan (PMS) maka tidak menjalankan kewajiban itu, hanya duduk di dalam sekret sambil membaca blog kak Yusuf Magaukang a.k.a kak ucu dari laptop kakanda sendiri yang telah di pasang modem untuk connected ke saluran network.
Begitu banyak catatan dan bermacam cerita yanga ada di blog itu. Ia begitu jujur menceritakan segalanya. Blog itu membuatku iri bila di bandingkan dengan blogku yang masih sedikit dan tidak ada apa-apanya.
Ya, kak ucu memang rajin menulis catatan tentang apa saja, mulai yang dia alami ataupun yang hanya dia liat, itu semua dia tulis di laptopnya dan setelah itu di posting ke blognya atau ke jejaring sosial lainnya untuk di baca oleh semua orang yang ingin tahu. Dari situlah aku iri melihatnya, begitu banyak orang yang ingin melihat isi blognya untuk membaca catatan-catatannya ataupun hanya sekedar melihat catatan apa yang di tulis olehnya hari ini.
Sedangkan blogku??
Hmmmm…. Hampa, kosong dan minim…!!!
Jarang atau tidak pernah sekalipun di kunjungi oleh orang lainnya. Isinya memang masih sedikit sekali dan tulisan-tulisannyapun masih biasa-biasa saja. Maka dari blog kak Ucu dan orangnya, aku mulai menanamkan dalam diriku untuk mulai menulis dan terus menulis dan tidak mau kalah dengannya.
Lagi serunya membaca blog, ternyata tiba-tiba ada kak Adhy datang mengganggu dan meminta untuk bergantian. Akupun keluar dari secret, dan melihat Wildan dan beberapa kawannya yang juga kukenal sedang di mesjid besar asyik mengobrol. Mereka adalah teman fakultas. Aku menghampirinya dan bergabung dalam pembicaraan mereka. Tapi, sayang obrolan itu harus terhenti, karena mereka harus ke fakultas untuk kembali menimbah ilmu dari sang pemberi ilmu. Aku kembali melangkah menuju ke kak Ucu, Kak Dani dan Kak Ancu yang sedang bergosip ria. Kak Dani bertanya bagaimana peneltianku dan berbagai prosesnya. Dari kak Dani dan Kak Ancu lah yang membuatku sadar kalau diriku ternyata sudah hampir 5 bulan bergabung di UPKSBS tapi belum bisa menghasilkan karya yang memuaskan. Datang ke sekret hanya bisa mengobrol dan menyapa teman-teman yang ada tanpa menuai tulisan. Dari dua kakakku itu, aku tahu kekurangan dan kesalahanku selama ini dan aku juga mendengarkan nasehat mereka. Dalam keasyikan bercengkrama dengan kak Dani, kak Ancu dan kak Ucu, datanglah kak Bujang bergabung. Berbagai macam cerita hadir, mulai dari cinta, pengalaman, dan sebagainya terlontar dari kak Bujang. Aku tertawa mendengar ceritanya, apalagi di tambah lagi gerak-gerakan kocak dari kak Ancu yang membuat perut tergelitik. Tapi, tidak hanya itu saja berbagai kata yang membuatku termotivasi untuk menulispun keluar juga dari kak Bujang. Malam itu, aku benar meyakinkan diriku untuk menulis dan terus menulis, apapun yang bisa kutulis akan kutulis. Malam kemarin adalah malam yang penuh ilmu buat diriku.
Selasa, 26 April 2011
_Kakimu menghalangi_
Berlari dan ingin teriak
Melepaskan skala beban yang ada
Menuangkan isi tempurung kepala di bumi pertiwi
Tapi kaki tak bisa terangkat
Tak bisa melayang di udara
Serasa kulit durian menindihnya
Misi,,,,
Kakimu menginjak langkah impianku…!!!Kamar gelap, 190411
_Topeng sang Pengumbar_
jiwa dan raga terbelenggu
topeng penguasa
kebebasan terpendam
di batin jiwa
semua buta akan kata-kata
sang pengumbar janji
bagaikan ikan terpancing
oleh umpan
senyum palsu mengembang
dari garis bibir
segala janji dan kepalsuan
melayang bebas di tanah air
merah putih ini.
“Eno_RJ”
Kolong langit, 230211
_Kata terakhir untukmu_
Pertiwi menangis
Seorang pecintanya pergi
Langit teteskan airmata
Sebagai pertanda duka
Alam menggaungkan tangis
Pilu menyapu sang malam
Pertanda kau tak bersama kami di sini
(buat kakakku “kak Cecep” yang telah pergi di pendakian terakhirnya)
_Niat Tak Sampai_
Inginku melepaskan belenggu yang
Mengeraskan batin jiwa
Agar dapat mengepakkan sayap di diriku
Kemudian, ,
Menghancurkan angan lampau
Yang tak pantas untuk di wujudkan
Karena aku benci dengan kemelut kegelapan
Di masa lalu
Namun sayang, ,
Belenggu itu telah mengeras dalam jiwa
Yang sulit di remukkan oleh apapun
Batin jiwa tetap mengeras
Kemelut kegelapanpun terus membelenggu
Jiwa dan ragaku.
Langganan:
Postingan (Atom)